Sunday, December 8, 2013

Sejarah Amerika Serikat: Perang Dataran

Bentang darat yang terbentang di Midwest Amerika tampak sangat luas dan tidak berujung. Pada 1800-an, daerah ini menjadi medan peperangan para pihak yang memperebutkan kepemilikan lahan.
Banyak penduduk pribumi Amerika tinggal di Dataran Besar (Great Plains), Amerika bagian barat, dan telah berlangsung selama ribuan tahun. Kawasan luas ini membentang dari Sungai Mississippi di bagian timur sampai ke Pegunungan Rocky di barat, dan dari Kanada di bagian utara sampai Texas di bagian selatan. Sampai abad ke-17, banyak suku yang bermukim di wilayah ini hidup sebagai petani. Mereka menanam jagung Indian, buncis, dan tanaman lain, di samping berburu banteng dengan menggunakan panah. Pola hidup ini mulai berubah pada abad ke-17, ketika bangsa Spanyol memerkenalkan kuda.
Dengan kuda, mereka dapat dengan mudah mengejar banteng. Banteng tidak hanya menyediakan daging untuk dimakan. Tulangnya dapat diolah menjadi aneka peralatan dan senjata. Kulit banteng dapat dibuat tenda dan pakaian. Beberapa kelompok besar suku asli Amerika dikenal sebagai suku bangsa Dataran. Ketika pendatang kulit putih tiba, beberapa kelompok penduduk asli ini terdesak berpindah ke barat. Mereka meninggalkan tanah kelahiran mereka di wilayah timur Sungai Mississippi.
Ke Barat
Pemerintah mendorong penduduk untuk berpindah ke barat. Berdasarkan Homestead Act 1862, sebuah keluarga dapat memiliki tanah seluas 65 hektare dengan harga murah dan tidak diperbolehkan menjual tanah untuk jangka waktu 5 tahun. Lebih banyak lahan diberikan kepada mereka yang mencatat kemajuan dalam pengeboran sumur minyak dan perkebunan. Akta ini mendorong petani untuk berpindah dan bemukim di Dataran Besar.
Pemerintah juga mendorong pembangunan jalur kereta api, yang digunakan untuk membawa penduduk ke wilayah-wilayah yang belum didiami. Pemerintah memberikan lahan dalam jumlah besar untuk jalur kereta sehingga banyak jalur dibangun hanya untuk mendapatkan lahan. Pada 1869, jalur kereta Union Pasific berhasil dirampungkan, menghubungkan Amerika dari pantai timur ke pantai barat.
Bertahan Hidup
Pembukaan jalur kereta segera mengubah wajah Amerika. Ini mendorong lebih banyak pemukim baru berdatangan. Timbul konflik di antara dua kelompok masyarakat, pendatang dan pribumi. Ketika para ketua suku penduduk pribumi menandatangani perjanjian lahan dengan kaum pendatang, perjanjian ini diartikan berbeda oleh kedua pihak. Arti kepemilikan pribadi kaum pendatang tidak berarti apa-apa bagi penduduk lokal yang menganggap mereka masih dapat menggunakan lahan itu untuk berburu. Maka mulailah terjadi perang. Penduduk pribumi membeli senjata dan menyerang rumah, kereta kuda, jaringan kereta api, dan kavaleri Amerika Serikat.
Mulai tahun 1866 terjadi sejumlah perang. Presiden Amerika Serikat, Rutherford B. Hayes, menyatakan pada 1877 bahwa, “Banyak, jika tidak sebagian besar, perang Indian dipicu oleh pelanggaran janji dan kesepakatan yang tidak adil”. Membunuh banteng, sebagai sumber pangan utama suku bangsa Dataran, dapat menghancurkan penduduk pribumi Amerika. Pada tahun 1860, terdapat sekitar 15 juta banteng, tapi pada 1885 hanya tersisa sekitar 2.000 ekor. Suku-suku Dataran yang dapat bertahan hidup dipaksa masuk ke penampungan di Oklahoma. Kerap dengan lahan yang kurang subur, mereka diharapkan menjadi petani.
Penduduk pribumi Amerika sudah terbiasa hidup berburu dan tidak ingin bercocok tanam. Mereka tidak dianggap sebagai warga negara Amerika dan hanya memiliki sedikit hak sipil. Pertempuran sengit dengan pasukan Amerika mengakibatkan tewasnya ribuan penduduk asli Amerika. Pertempuran terakhir terjadi di Wounded Knee, South Dakota, pada 1890, di mana pasukan Amerika membunuh 200 orang penduduk suku Sioux. Segera setelah itu, semua penduduk asli dipindahkan ke penampungan. Dengan itu, pola hidup penduduk asli Amerika pun berakhir.

0 komentar:

Post a Comment