Saat kekuatan Hannibal Barca (247?-183? SM) surut
menyusul kekalahan saudaranya, Hasdrubal Barca di Sungai Metaurus, Romawi
menemukan cara baru untuk menyerang Kartago. Seorang pemimpin muda dari pasukan
Romawi, Publius Cornelius Scipio (237-183 SM), yang nantinya dikenal sebagai
Africanus, telah mempelajari taktik Hannibal selama bertahun-tahun dan
mendaratkan 40.000 prajurit Romawi di Kartago. Sebagai respons, Kartago
merundingkan sebuah gencatan senjata sementara dengan Romawi. Selama masa
gencatan senjata ini, Hannibal dan pasukannya berlayar dari Italia kembali ke
Afrika utara. Panggung sudah disiapkan untuk sebuah pertempuran yang sengit
antara seorang pemikir Kartago dengan seorang jenderal Romawi yang dalam tingkatan
tertentu telah meniru strategi pertempuran Hannibal.
Zama (za’mu) adalah sebuah dataran terbuka, terletak
di wilayah yang sekarang adalah Sowareen, 96 kilometer di sebelah barat daya
Tunisia. Hannibal membawa 45.000 prajurit infanteri, 3.000 prajurit kavaleri,
dan 20 gajah ke dalam pertempuran. Ini adalah kekuatan yang jauh lebih besar
dibandingkan yang dia bawa keluar dari Italia. Tetapi, kebanyakan anak buahnya
adalah orang-orang hasil rengkrutan baru, bukan veteran dari perang 20 tahun
lalu. Sebaliknya, Scipio memiliki 45.000 prajurit, kebanyakan adalah para
veteran, dan dia dibantu oleh pasukan berkuda Numidia, yang punya dendam lama
terhadap orang Kartago.
Hannibal membawa pasukannya dalam empat barisan yang
berbeda. Pertama adalah pasukan gajah, yang dimaksudkan untuk menimbulkan
ketakutan di pihak musuh. Kedua adalah tentara bayaran yang kesetiaannya
diragukan. Ketiga adalah pasukan milisi yang direkrut dengan cepat dari rakyat
Kartago. Barisan keempat atau terakhir adalah 20.000 prajurit veteran yang ia
bawa dari Italia.
Scipio mengubah format legiun tradisional Romawi
dalam pertempuran. Ia membentuk barisan terbuka antara cohort (bagian dari satu
legiun pasukan yang terdiri dari 300-600 prajurit) dan maniple (bagian dari
satu legiun pasukan yang terdiri dari 60-120 prajurit) dan menempatkan sebuah
kekuatan besar pasukan kavaleri di sayap kanannya. Gerakan ini pastilah membuat
Hannibal tertawa karena ia telah menggunakannya melawan pasukan Romawi di
Cannae. Pertempuran dimulai dengan gerakan pasukan gajah Hannibal. Pasukan
Romawi meniup terompet kea rah gajah-gajah itu
dan membuka celah antar-cohort untuk membiarkan gajah-gajah itu melewati
celah ini tanpa terganggu. Kavaleri Scipio kemudian menyerang pasukan berkuda
Kartago. Kedua kelompok kavaleri ini untuk sementara meninggalkan medan
pertempuran. Pertempuran ini menjadi sebuah konflik pasukan infanteri antara
legiun Romawi dan pasukan gabungan
Hannibal yang dibawanya ke medan pertempuran ini. Pertempuran berlangsung
sengit. Sekalipun pasukan Romawi mengalahkan baris kedua dan ketiga dari
kekuatan Kartago, barisan keempat Hannibal, yaitu pasukan veterannya, bisa
bertahan. Akan tetapi, pada saat yang menentukan dalam pertempuran ini, pasukan
bekuda Romawi dan Numidia kembali ke medan tempur dan melakukan manuver
pengepungan ganda atas Hannibal, sangat
mirip dengan yang dilakukannya di Cannae. Sejak itu, situasinya sudah jelas,
sekalipun pihak Kartago bertempur mati-matian. Hannibal berhasil menyelamatkan
diri bersama sejumlah pasukannya, tetapi 20.000 prajurit Kartago tewas di
dataran Zama. Kartago tidak punya pilihan lain kecuali tunduk pada persyaratan
Scipio, yang mengakhiri Perang Punik Kedua.
0 komentar:
Post a Comment