Romawi terus berkembang kekuatannya setelah
Pertempuran Zama. Setelah menundukkan Hannibal Barca (247?-183? SM) dan
Kartago, Romawi bergerak ke timur dan terlibat dalam tiga kali perang melawan
Kerajaan Macedonia. Macedonia telah menjadi tempat Alexander yang Agung
(356-323 SM) memulai penaklukkannya yang mengagumkan di Timur Tengah dan Asia
dan kerajaan ini masih mempertahankan tradisi militer yang kuat. Sistem
pertempuran orang Macedonia berpusat pada pasukan phalanx, berupa barisan
prajurit yang besar, bergerak dan bertarung bersama, biasanya menggunakan
tombak besar yang panjangnya sekitar 4 meter. Tembok berupa deretan tombak ini
telah membuat kewalahan dan menaklukkan orang Persia dan tetap menjadi unit
tempur yang menakutkan di Yunani, Macedonia, dan Timur Tengah. Akan tetapi,
sekarang pasukan phalanx berhadapan dengan legiun dan unit cohort Romawi.
Legiun Romawi (biasanya terdiri dari 6.000 prajurit
yang kuat) berbaris dan bertempur dalam kesatuan, sebagaimana pasukan phalanx.
Ada dua perbedaan penting: pertama, legiun bisa dipecah ke dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil atau cohort, dan kedua, pasukan Romawi
mengandalkan pedang pendek ketimbak tombak. Pasukan phalanx dan legiun
berhadapan di tepi Sungai Aeson, di pantai sebelah barat Teluk Tesalonika. Raja
Persius dari Macedonia memimpin 40.000 prajurit infanteri dan 4.000 prajurit
kavaleri. Setengah dari pasukan infanterinya dikelompokkan ke dalam sebuah
barisan phalanx yang kokoh. Lawannya di pihak Romawi, Lucius Aemilius Paulus
(228-160 SM) membawa empat legiun Romawi dan 25.000 prajurit cadangan ke medan
tempur.
Pertempuran dimulai dengan sebuah pertempuran kecil
di sepanjang sungai. Ketika kedua belah pihak mengirim pasukan tambahan,
pertempuran berubah menjadi pertempuran berkekuatan penuh antara dua angkatan
bersenjata. Awalnya, pasukan phalanx Macedonia menggunakan ukuran dan besarnya
formasi mereka untuk mendesak mundur pasukan Romawi. Ketika kedua kelompok
prajurit ini mencapai tanah yang tidak rata, pasukan phalanx menjadi tidak
teratur dan pihak Macedonia harus berhenti. Pasukan Romawi melakukan serangan
balasan dan bertempur di atas tanah yang tidak rata, dan mulai memperoleh
kemenangan. Mereka dipecah ke dalam beberapa cohort dan menembus pertahanan
pasukan phalanx. Pada babak perempat, pihak Macedonia mendapati tombak panjang
mereka menjadi tidak berguna, sementara pihak Romawi bisa menggunakan pedang
pendek mereka dengan dampak yang mematikan.
Apa yang awalnya merupakan sebuah uji kekuatan
antara dua angkatan bersenjata berubah menjadi pertempuran berkekuatan penuh.
Di penghujung hari itu, 20.000 prajurit Macedonia terbunuh atau luka-luka dan
10.000 lainnya ditawan. Sebaliknya, di pihak Romawi dilaporkan hanya 500
prajurit yang terbunuh atau terluka. Hasil yang tidak seimbang ini hanya bisa
diakibatkan dari sebuah pertemuan dua strategi unit tempur yang berbeda. Legiun
akhirnya menjadi unit taktis standar dan Romawi secara de facto menguasai baik Macedonia maupun Yunani.
0 komentar:
Post a Comment