Wednesday, August 8, 2012

Pertempuran Pydna


Romawi terus berkembang kekuatannya setelah Pertempuran Zama. Setelah menundukkan Hannibal Barca (247?-183? SM) dan Kartago, Romawi bergerak ke timur dan terlibat dalam tiga kali perang melawan Kerajaan Macedonia. Macedonia telah menjadi tempat Alexander yang Agung (356-323 SM) memulai penaklukkannya yang mengagumkan di Timur Tengah dan Asia dan kerajaan ini masih mempertahankan tradisi militer yang kuat. Sistem pertempuran orang Macedonia berpusat pada pasukan phalanx, berupa barisan prajurit yang besar, bergerak dan bertarung bersama, biasanya menggunakan tombak besar yang panjangnya sekitar 4 meter. Tembok berupa deretan tombak ini telah membuat kewalahan dan menaklukkan orang Persia dan tetap menjadi unit tempur yang menakutkan di Yunani, Macedonia, dan Timur Tengah. Akan tetapi, sekarang pasukan phalanx berhadapan dengan legiun dan unit cohort Romawi.
Legiun Romawi (biasanya terdiri dari 6.000 prajurit yang kuat) berbaris dan bertempur dalam kesatuan, sebagaimana pasukan phalanx. Ada dua perbedaan penting: pertama, legiun bisa dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil atau cohort, dan kedua, pasukan Romawi mengandalkan pedang pendek ketimbak tombak. Pasukan phalanx dan legiun berhadapan di tepi Sungai Aeson, di pantai sebelah barat Teluk Tesalonika. Raja Persius dari Macedonia memimpin 40.000 prajurit infanteri dan 4.000 prajurit kavaleri. Setengah dari pasukan infanterinya dikelompokkan ke dalam sebuah barisan phalanx yang kokoh. Lawannya di pihak Romawi, Lucius Aemilius Paulus (228-160 SM) membawa empat legiun Romawi dan 25.000 prajurit cadangan ke medan tempur.
Pertempuran dimulai dengan sebuah pertempuran kecil di sepanjang sungai. Ketika kedua belah pihak mengirim pasukan tambahan, pertempuran berubah menjadi pertempuran berkekuatan penuh antara dua angkatan bersenjata. Awalnya, pasukan phalanx Macedonia menggunakan ukuran dan besarnya formasi mereka untuk mendesak mundur pasukan Romawi. Ketika kedua kelompok prajurit ini mencapai tanah yang tidak rata, pasukan phalanx menjadi tidak teratur dan pihak Macedonia harus berhenti. Pasukan Romawi melakukan serangan balasan dan bertempur di atas tanah yang tidak rata, dan mulai memperoleh kemenangan. Mereka dipecah ke dalam beberapa cohort dan menembus pertahanan pasukan phalanx. Pada babak perempat, pihak Macedonia mendapati tombak panjang mereka menjadi tidak berguna, sementara pihak Romawi bisa menggunakan pedang pendek mereka dengan dampak yang mematikan.
Apa yang awalnya merupakan sebuah uji kekuatan antara dua angkatan bersenjata berubah menjadi pertempuran berkekuatan penuh. Di penghujung hari itu, 20.000 prajurit Macedonia terbunuh atau luka-luka dan 10.000 lainnya ditawan. Sebaliknya, di pihak Romawi dilaporkan hanya 500 prajurit yang terbunuh atau terluka. Hasil yang tidak seimbang ini hanya bisa diakibatkan dari sebuah pertemuan dua strategi unit tempur yang berbeda. Legiun akhirnya menjadi unit taktis standar dan Romawi secara de facto menguasai baik Macedonia maupun Yunani.

0 komentar:

Post a Comment