Setiap orang tahu bahwa Roma tidak dibangun hanya
dalam waktu sehari, tetapi kota ini hampir kehilangan dominasinya di Italia
hanya dalam waktu satu siang yang mengerikan di musim panas. Romawi telah
terlibat dalam serangkaian perang dengan negara-kota baru yang menjadi
saingannya, Kartago, di sebelah utara pantai Afrika. Kedua negara-kota ini
terus saling berperang dan dalam Perang Punik Kedua (223-202 SM) Kartago
mengirimkan seorang pemimpin yang luar biasa, Hannibal Barca (247?-183? SM)
untuk berperang di Italia.
Hannibal membawa anak buahnya dan pasukan gajah dari
Kartago Spanyol melintasi Pegunungan Alpen dan masuk ke Italia pada musim semi
218 SM. Ia dan pasukannya (hanya sedikit gajah yang dapat bertahan dalam
perjalanna ini) tiba dengan sangat kelelahan akibat perjalanan ini. Orang
Romawi berpikir bahwa mereka dengan mudah akan bisa mengalahkan pasukan Kartago
yang kelelahan ini. Namun, Hannibal yang jenius dalam merencanakan taktik serta
kualitas tempur pasukannya (terdiri dari orang Kartago, suku-suku Spanyol,
Gaul, dan yang lainnya) memperoleh kemenangan demi kemenangan melawan pasukan
Romawi yang jauh lebih besar.
Pada musim semi tahun 216 SM, Senat Romawi mengirim
sebuah pasukan besar di bawah kepemimpinan dua konsul, Lucius Aemilius Paulus
(228-160 SM) dan Terentius Varro. Pasukan Romawi yang terdiri dari 80.000
prajurit infanteri dan 7.000 prajurit kavaleri berhadapan dengan 40.000
prajurit infanteri dan 10.000 prajurti kavaleri Hannibal di Cannae di tepi
utara Sungai Ofanto antara Canossa dan Barletta, di sebelah selatan Italia.
Dipimpin oleh Varro, Romawi merencanakan sebuah
pertempuran sederhana dan langsung. Bertempur di sebuah dataran terbuka (bukan
rawa-rawa atau hutan sebagaimana biasa digunakan oleh Hannibal pada waktu-waktu
sebelumnya), pihak Romawi akan unggul baik dengan mengandalkan jumlah maupun
disiplin yang prima untuk mengalahkan musuh. Ini merupakan rencana perang yang
telah sering kali berhasil melawan musuh-musuh Romawi. Hannibal membuat sebuah
perencanaan rumit yang dikenal dengan istilah pengepungan ganda yang akan
menjebak pasukan Romawi.
Ketika pertempuran dimulai, pasukan kavaleri
Hannibal (kebanyakan adalah suku bangsa dari Spanyol) mengalahkan kavaleri
Romawi, sehingga memenangkan pertempuran di bagian sayap. Barisan utama pasukan
kavaleri Romawi, yang bertempur dengan formasinya yang terkenal, legiun,
mendesak mundur pasukan kavaleri Hannibal. Pada saat yang menentukan, pasukan
kavaleri Hannibal muncul di kedua sisi dan kemudian bergerak ke bagian belakang
pasukan Romawi untuk sepenuhnya mengepung mereka. Apa yang awalnya merupakan
pertempuran langsung berubah menjadi sebuah mimpi buruk bagi pasukan Romawi.
Mereka sangat berdesak-desakan sehingga banyak diantara mereka yang tidak bisa
mengayunkan pedangnya. Sekitar 8.000 prajurit Romawi berhasil keluar dari
jebakan ini, tetapi mayoritas mereka (paling tidak 50/000 prajurit) gugur pada
hari itu di lapangan di Cannae tersebut. Hannibal bukan hanya mendapatkan
kemenangan gemilang, melainkan juga menunjukkan sebuah setrategi untuk mencapai
kemenangan penuh yang akan ditiru oleh para jenderal dan ahli setrategi selama
dua ribu tahun berikutnya.
0 komentar:
Post a Comment