Bangsa Maya hidup di daerah yang kini merupakan
Meksiko selatan dan Guatemala. Mereka membangun peradaban yang mencapai masa
keemasan ketika Kekaisaran Romawi mengalami kemunduran.
Bangsa Maya telah ada sejak tahun 2000 SM. Selama berabad-abad,
dengan mengeringkan daerah rawa dan membangun sistem pengairan, mereka menjadi
petani yang sukses, yang mampu menopang banyak penduduk. Pada tahap awal, mulai
300 SM sampai 300 M, mereka membangun banyak kota di Guatemala, Belize, dan
semenanjung Yukatan. Setiap kota memiliki karakter dan gaya seni tersendiri.
Kota-kota mereka memiliki piramida kuil, istana berbenteng, pasar, bengkel
kerja, dan tempat tinggal penduduk.
Periode
Pra-klasik
Bangsa Maya memiliki sistem kelas sosial, yaitu para
bangsawan, pendeta, penguasa, pejabat, dan para pelayan yang tinggal di kota.
Sementara itu, rakyat jelata mengerjakan tanah, yang datang ke kota untuk
berdagang atau mengikuti upacara keagamaan. Bangsa Maya memiliki aksara yang
terdiri atas 800 tulisan hieroglif. Mereka juga mengenal ilmu matematika,
astronomi, dan sistem kalender yang sudah maju. Seperti di Yunani kuno, setiap
kota merupakan negara-kota yang merdeka. Antara negara-kota saling bertikai,
biasanya untuk memperoleh upeti atau tawanan. Sekitar tahun 230 M, Gunung
Ilopango di selatan meletus dan menutup sejumlah besar kawasan itu dengan abu.
Kota-kota di selatan harus ditinggalkan. Persitiwa ini menandai berakhirnya
masa ‘praklasik’ peradaban Maya.
Periode
Klasik
Antara tahun 300 hingga 800 M, peradaban Maya
mencapai masa keemasan. Banyak kota baru dibangun di Yukatan. Kota yang dominan
adalah Tikal. Palenque, Yaxchilan, Copan, dan Clakmul juga merupakan kota-kota
penting. Orang Maya merupakan pengrajin yang terampil dalam memahat batu,
kerajinan batu, nefrit, menghias gerabah, melukis, serta membuat berbagai
perkakas dari emas dan tembaga. Mereka membangun banyak jalan dan jalur
pelayaran untuk memajukan perdagangan. Sistem matematika mereka mencapai angka
20-an, dan menggunakan tiga simbol, yaitu garis untuk “lima”, titik untuk
“satu”, cangkang untuk “nol”.
Kota-kota
Maya
Pada masa awal pembangunan kota Maya, kota terbesar
adalah El Mirador yang didirikan pada 150 SM. Kota ini berpenduduk 80.000 jiwa
pada 100 M. El Mirador ditinggalkan sekitar tahun 150 M. Tikal, yang diperintah
oleh Raja Langit Berkilat (Stormy Sky),
kemudian menjadi kota terbesar, dengan jumlah penduduk sekitar 100.000 jiwa
pada 450 M. Kebanyakan kota dibangun dengan cermat. Kota-kota itu dibangun di
sekeliling pusat keagamaan, dan kerap berdasarkan berbagai peristiwa astronomis
seperti titik terbit dan tenggelam matahari. Basis keagamaan kota-kota Maya dan
penggunaan piramida mengingatkan kita pada bangsa Mesir kuno yang hidup 2.000
tahun lebih awal.
Pengorbanan
Manusia
Orang mempraktikkan pengorbanan darah. Mereka
melihat kehidupan di dunia dan alam baka sebagai dunia yang sama. Karena itu,
mengorbankan jiwa manusia untuk tujuan keagamaan, yaitu menyenangkan pada dewa
dan leluhur serta membawa kesuburan dan kemakmuran, merupakan hal yang biasa.
Di kemudian hari, berbagai proyek pembangunan ambisius menyebabkan para petani
harus menyediakan lebih banyak makanan dan tenaga, sementara perang dilakukan
agar mendapat tawanan untuk dikorbankan. Akibatnya, populasi penduduk merosot
drastis. Sistem pertanian dan kota bangsa Maya terpuruk. Sejak tahun 950 M,
kebanyakan kota di wilayah tengah mengalami keruntuhan, meski diikuti oleh
tahap perkembangan selanjutnya. Orang-orang Maya kini hidup di dataran tinggi
Amerika tengah.
0 komentar:
Post a Comment