Selama pemerintahan Gaius Octavianus (63 SM-14 M)
yang kemudian dikenal sebagai Caesar Augustus, batas wilayah kekaisaran Romawi
mencapai batas paling luas. Hanya sedikit bangsa yang berusaha melawan legiun
Romawi yang keterampilan dan keberaniannya telah menjadi legenda. Tampaknya
orang Romawi akan selamanya mendominasi daerah di sekitar Laut Mediterania.
Akan tetapi ada sebuah pengecualian dari kondisi
ini, yaitu suku-suku Jerman yang tinggal di sebelah timur Sungai Rhein di
Jerman. Orang Jerman telah berulang kali berperang melawan Romawi, dan Julius
Caesar (100-44 SM) telah berulang kali menaklukkan mereka. Tetapi, orang Jerman
masih menguasai wilayahnya dan mereka bermaksud mempertahankannya. Pada masa
ini, orang Jerman jarang dikenal karena catatan sejarah semuanya ditulis oleh
orang Romawi. Dari informasi yang bisa dikumpulkan menunjukkan bahwa mereka
adalah para ksatria yang penuh semangat, yang mata pencaharian utamanya adalah
berburu. Merasa digagalkan oleh orang Romawi dalam pertempuran, orang Jerman
akhirnya menemukan cara yang tepat untuk melawan musuh lamanya.
Pada tahun 9 M, Publius Quintilius Varus memimpin
tiga legiun Romawi dan pasukan cadangannya (sekitar 20.000 pria, termasuk 1.500
pasukan kavaleri) untuk menekan sebuah pemberontakan oleh suku-suku Jerman di
sepanjang perbatasan utara Romawi. Orang Jerman dipimpin oleh Arminius, seorang
pemimpin suku Cheruscan yang menjadi otak pemberontakan. Varus memimpin sebuah
pengejaran atas orang Jerman hingga memasuki wilayah hutan yang dikenal sebagai
Teutoburger Wald, yang sekarang adalah Grotenburg, sebelah barat daya Detmold,
Jerman. Badai hujan yang besar menyulitkan gerak pasukan Romawi.
Varus dan pasukannya tiba-tiba diserang oleh orang
Jerman dalam jumlah yang besar, yang melemparkan tombak dari hutan yang
terlindung. Varus berhenti, mendirikan perkemahan dan mengamankan posisinya.
Dalam situasi normal, hal ini sudah cukup untuk melawan semua serangan, tetapi
orang Jerman telah terilhami kepemimpinan Arminius. Sebuah hujan besar lainnya
telah mengacaukan barisan pasukan Romawi, dan orang Jerman segera menyerang
secara langsung. Pasukan kavaleri Romawi melarikan diri dari medan tempur dan
pasukan infanteri terdesak untuk bertempur di tanah yang tidak memungkinkan
bagi mereka untuk mengembangkan taktik legiun.
Seandainya Varus adalah Caesar, Romawi mungkin akan
menang. Karena tidak adanya kepemimpinan yang brilian, pasukan Romawi menjadi
tercerai-berai ke dalam kelompok-kelompok kecil yang kewalahan menghadapi musuhnya.
Ketika malam tiba, pasukan Romawi hampir musnah. Mereka yang tertangkap
dijadikan korban persembahan bagi dewa-dewa orang Jerman.
0 komentar:
Post a Comment