Thursday, July 5, 2012

Julius Caesar Memerintah Roma

Diabadikan dalam cerita, puisi, maupun drama Shakespeare, Julius Caesar (102-44 SM) dikenang sebagai kaisar Romawi yang paling sempurna, walaupun Roma masih merupakan republik semasa hidupnya dan jabatan kaisar belum dibentuk hingga ia meninggal. Dengan dikalahkannya Kartago melalui Perang Punik, Roma mulai memandang dirinya sebagai pemerintahan yang memiliki “takdir yang jelas” untuk menaklukkan dan memerintah sebanyak mungkin wilayah di dunia yang sudah dikenal ini. Julius Caesar adalah wakil Roma yang menyadari takdir yang jelas ini. Ia mendesak perbatasan Kekaisaran Romawi ke luar sehingga kekuasaannya menjadi lebih luas menjadi lebih luas dibandingkan setiap kaisar Romawi lain.
Lahir dalam sebuah keluarga bangsawan, Caesar masuk angkatan darat Romawi dan pernah dianugerahi Civic Crown, medali tertinggi untuk prajurit pemberani. Sekembalinya ke Roma, ia terjun ke kancah politik dan menjadi menteri keuangan pada usia 34 tahun. Selanjutnya, ia dipilih sebagai pejabat sipil yang menangani bidang hukum sembilan tahun kemudian. Ia banyak memperkenalkan pembaharuan yang penting dan ia menjadi sangat populer, namun dengan jelas matanya selalu tertuju pada peran tunggal penguasa dengan kekuasaan yang mutlak. Untuk mencapai sasaran ini, Caesar memutuskan bahwa ia perlu meningkatkan popularitasnya dengan memimpin sebuah ekspedisi militer yang berhasil memperluas kekaisaran itu.
Ia mengepalai sebuah pasukan dan berhasil mengalahkan Gaul (kini disebut Perancis) tahun 55 SM. Selama dua tahun berikutnya, ia melancarkan serbuan dan mengklaim telah menguasai sebagian besar tanah Inggris. Ia juga menyeberangi Sungai Rhein untuk memerangi orang Jerman. Ia kembali ke Roma sebagai pahlawan yang perkasa, namun ia menghadapi pertikaian politik dengan Pompei (106-48 SM), jenderal Romawi yang sudah merebut Yerusalem dan tengah memegang kedudukan sebagai Kepala Pejabat Sipil di bidang hukum. Caesar menuntut kepemilikan jabatan tersebut, namun ia ditolak. Berdasarkan hukum yang berlaku, jenderal tidak diizinkan untuk membawa masuk pasukannya ke dalam kota Roma, melainkan meninggalkannya di suatu tempat di sebelah utara Sungai Rubicon. Dengan meremehkan hukum terkait, Caesar menyeberangi Rubicon pada tahun 50 SM dan menyerbu kota Roma untuk melancarkan sebuah kudeta. Ia memecat Pompei dan mengabaikan pemerintahan republic itu, menjadikan dirinya sebagai penguasa dengan kekuasaan mutlak sebagaimana yang selalu ia canangkan. Ia terus memerintah sampai ia dibunuh oleh mitra-mitranya yang tidak puas, 15 Maret 44 SM.
Julius Caesar mengubah perjalanan sejarah Roma–dan tentu saja, sejarah Eropa. Di Roma sendiri, ia menggulingkan pemerintahan republik dan menciptakan jabatan yang menurut faktanya adalah seorang kaisar, yang dijadikan jabatan resmi oleh keponakannya, Octavianus (63 SM-14 M) ketika ia memegang kekuasaan setelah kematian pamannya. Tatkala Caesar baru mulai memerintah, Roma adalah penguasa utama di Laut Mediterania. Pada waktu kematiannya, Roma juga menjadi pemerintahan adidaya yang pertama di Eropa–atau boleh jadi di seluruh dunia.

0 komentar:

Post a Comment