Selama
berabad-abad setelah tumbangnya Kekaisaran Romawi pada tahun 476,
wilayah-wilayah pecahan dari bekas kekaisaran berubah menjadi
pemerintah-pemerintah yang berdiri sendiri-sendiri dan dipimpin oleh raja-raja
yang sangat terkenal yang namanya sampai sekarang menjadi legendaris. Theodoric
yang Agung (454-526) memerintah Kerajaan Ostrogoth di Italia, Clovis (466-511)
memimpin bangsa Frank di wilayah yang sekarang yang bernama Perancis, Justinian
yang Agung (483-565) memerintah di Byzantium atas bekas Kekaisaran Romawi
Timur, dan Raja Arthur (?-537) menerima tamu-tamu kerajaan di Camelot, Inggris.
Meskipun
demikian, ketika Eropa kehilangan kesatuan Kekaisaran Romawi dan menjadi sebuah
lahan dari campur-aduknya kerajaan-kerajaan yang bertikai, Eropa mengalami
kemunduran dari segi budaya. Dengan cara ini dimulailah Abad Pertengahan atau,
sebagaimana yang pernah digambarkan, Abad Kegelapan.
Kecuali
Spanyol yang diperintah oleh bangsa Moor yang beragama Islam, Eropa
terpecah-pecah secara politis namun disatukan dalam segi agama sebagai orang
Kristen. Sementara tempat kediaman para paus di Roma tetap merupakan pusat
agama di Eropa, bangsa Frank di Eropa utara muncul sebagai kekuatan militer dan
sekuler yang paling dahsyat. Menjelang akhir abad ke-8, pemimpin mereka yang
paling berkuasa adalah Charlemagne (742-814) yang berusia 26 tahun (kata dalam
bahasa Perancis untuk Charles yang Agung) yang sekarang dianggap sebagai salah
satu penguasa terhebat dalam sejarah Eropa. Perlawanan yang paling besar datang
dari raja Italia, Desiderius, yang menginginkan agar Paus Adrianus I (?-795)
memahkotai anak-anak yang masih di bawah umur dari para pendahulu Charlemagne
sebagai raja untuk wilayah-wilayah pecahan kerajaan Frank.
Setelah
Charlemagne mengalahkan Desiderius, ia mengkosolidasikan sebagian besar dari
negara-negara di bagian utara Italia yang dikuasai bangsa Frank. Charlemagne
kemudian pergi ke Roma untuk bertemu dengan paus dan ia mendapati bahwa
strategi-strategi jangka panjang mereka sangat cocok satu sama lain. Sasaran
Charlemagne adalah menjadi pemimpin dari sebuah kekaisaran sebesar Kekaisaran
Romawi lama, dan Adrianus I menginginkan sebuah kekuatan politis yang dominan
dan bersatu untuk memerintah Eropa yang akan bersekutu dengan Gereja dan dapat
berperan dalam melindungi serta memperluas umat Kristen dengan cara yang
digunakan oleh bangsa Moor ketika menyebarkan agama Islam.
Dengan
mendapat restu dari paus secara agama dann politis, Charlemagne menguasai
banyak bagian dari wilayah Denmark, Jerman, dan Eropa tengah dan ia menambahkan
semua bagian itu kepada sebuah kekaisaran yang sudah mencakup Perancis dan
sebagian besar Italia. Ia juga merebut kembali sejumlah wilayah Spanyol dari
tangan bangsa Moor. Pada hari Natal tahun 800, ketika sedang menghadiri Misa di
Roma, Charlemagne secara tidak diduga-duga dimahkotai sebagai “Kaisar Bangsa
Romawi” oleh pengganti Adrianus, Paus Leo III (751-816). Kekaisaran Romawi
Barat, yang tidak eksis selama 325 tahun, kembali tampil, kali ini sebagai Kekaisaran
Romawi Suci (kendati secara resmi, nama ini belum diperkenalkan). Meskipun
Charlemagne tidak diakui oleh Kaisar Romawi Timur (Byzantium) sampai 812,
Charlemagne langsung mendapat rasa hormat dari sebagian besar bangsa-bangsa
yang mendiami kekaisarannya. Dan, hal ini memungkinkan Eropa untuk sekali lagi
mengalami Pax Romana yang timbul dari
sebuah lingkungan yang dipersatukan dan, yang pada dasarnya, damai sejahtera.
Oleh karena ini, pemerintahan Charlemagne dapat dikatakan telah menjadi suatu
masa yang cerah di tengah-tengah gelapnya Abad Kegelapan.
0 komentar:
Post a Comment