Selama berabad-abad, sejarah
politik dunia sarat dengan kejadian-kejadian mengenai diturunkannya calon raja
atau kaisar, atau konspirasi untuk menggulingkan raja dan kerajaan yang sedang
memerintah. Pada paruh kedua abad ke-18, sebuah fenomena baru mulai timbul. Rakyat
jelata bangkit melawan penguasa yang memerintah mereka…dan mereka menang.
Peristiwa-peristiwa semacam itu tidak sekadar menyangkut teritori-teritori
kecil yang terpencil letaknya, melainkan sebuah revolusi yang penting di
negara-negara besar, seperti di Inggris dan Prancis.
Pertama-tama, Amerika Utara
yang menjadi jajahan utama Inggris, mendeklarasikan kemerdekaannya dan bangkit
sebagai sebuah bangsa baru. Selanjutnya, rakyat Prancis, yang penat dengan
kelaliman mutlak dari raja-raja Dinasti Bourbon, memberontak melawan Raja Louis
XVI (1754-1793), yang sudah berkuasa sejak 1774 sebagai raja Bourbon kelima.
Baik kelas menengah maupun kelas papa sudah lama merasa tidak suka dengan
kekuasaan maupun hak-hak istimewa yang dimiliki para bangsawan
Awal Revolusi
Pada abad ke-18, Prancis
berada dalam krisis. Bahan pangan langka, harga-harga melambung, dan pemerintah
bangkrut. Untuk memperoleh lebih banyak uang, Raja Louis harus mengambil
pinjaman atau menaikkan pajak. Untuk itu, ia memerlukan persetujuan dan
dukungan dari majelis tradisional, Estates General, yang tidak pernah
mengadakan pertemuan selama 175 tahun. Namun, penyulut kemarahan mereka
sehingga mengadakan revolusi adalah tindakan Louis yang menetapkan bahwa kaum
bangsawan dibebaskan dari pajak.
Pada saat pertemuan, para
wakil kelas professional memberontak melawan para bangsawan dan kaum rohaniwan.
Mereka membentuk Majelis Nasional dan menuntut perubahan, membuat konstitusi
baru yang menghapus tatanan lama, menasionalisasi tanah milik Gereja, dan
menyusun kembali pemerintahan lokal. Louis mengirim pasukan untuk membubaskan
Majelis Nasional.
Ketika warga Paris mendengar
hal itu, mereka memberontak. Pada tanggal 14 Juli 1789, nyaris seluruh rakyat
Prancis berbondong-bondong menyerbu dan merebut Bastille, penjara raksasa yang
digunakan untuk memenjarakan para tokoh rakyat yang menentang raja. Louis, yang
pada waktu itu berdiam di istana Versailles, pingsan dan tidak dapat berbuat
apa-apa tatkala rakyat mendeklarasikan bahwa mereka adalah warga negara Prancis
dan bukan lagi bawahan dari Raja Prancis. Louis sudah begitu lama tidak peka
terhadap lingkungan sehingga ia tidak tahun seberapa dalam ketidakpuasan yang
dirasakan rakyatnya. Ratunya, Marie Antoinette (1755-1793) yang berasal dari
Austria dan sama-sama tidak pedulinya memberi komentar, “Suruh mereka makan
kue!” ketika di diberi tahu bahwa rakyat marah karena mereka tidak punya roti
untuk dimakan. Kerusuhan itu menandai sebuah revolusi berdarah. Para
pemberontak menuntut, “Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan” (Liberty,
Equality, Fraternity).
Sementara gerakan rakyat
yang melakukan revolusi semakin bertumbuh, anarki melanda Prancis, terutama di
Paris. Raja, ratu, beserta keluarga kerajaan ditahan di sebuah rumah dan
kemudian dipenjara. Akhirnya, dalam musim dingin tahun 1792-1793, mereka, satu
per satu, dipancung dengan guillotin (alat pemancung kepala).
Tahun-tahun
Penting
|
|
1788
|
Estates Generales dipanggil untuk mengadakan pertemuan
|
1789
|
Pembentukan Majelis Nasional dan serangan terhadap
Bastille
|
1789
|
Deklarasi Hak-hak Manusia
|
1791
|
Konstitusi Baru dan Majelis Perwakilan
|
1792
|
Perang Revolusioner dan Republik Prancis Pertama
|
1793-1794
|
Rezim Teror
|
1794
|
Kediktatoran Robespierre. Serangan ke Belanda
|
1795-1799
|
Direktori memerintah Prancis
|
1796
|
Napoleon menjadi panglima tertinggi tentara Prancis
|
1799
|
Napoleon mengambil alih kekuasaan
|
Perebutan Kekuasaan
Pada tahun 1792, monarki
dihapuskan. Dan pada saat itu juga, pemerintahan revolusioner berperang dengan
banyak negara Eropa lainnya, yang khawatir revolusi akan menyebar ke negeri
mereka.
Seperti kerap terjadi dalam
revolusi, timbul kekacauan dan terjadi perebutan kekuasaan. Pemerintahan
revolusioner yang baru menangkap pesaing mereka, baik pendukung revolusi maupun
pemimpin rakyat, dan menuduh mereka sebagai “musuh revolusi”. Bentrokan politik
terjadi antara kelompok Jacobin dan Girondin, yang dimenangkan oleh Jacobin.
Kelompok Jacobin, yang dipimpin oleh Maximilien Robespierre (1758-1794),
kemudian mendominasi badan pemerintahan baru yang disebut Komite Keselamatan
Publik. Komite ini dikepalai oleh Robespierre sendiri. Komite ini juga
memobilisasi tentara Prancis untuk menghadapi serbuan dari luar. Antara
September 1793 dan Juli 1794, mereka menghukum mati siapa pun yang menentang
selama Rezim Teror berlangsung.
Rezim Teror
Setelah Louis dihukum mati
pada 1793, Komite menyerang dan menghukum siapa pun yang dicurigai menetang
revolusi. Sebuah pengadilan didirikan untuk mengadili “musuh-musuh negara”,
meski pengadilan ini berlangsung tergesa-gesa dan kerap tidak adil. Para
aristokrat, pendukung monarki, pendeta, dan siapa pun yang dicurgai, dihukum
guillotin. Selama Rezim Teror berlangsung, sekitar 18.000 orang kehilangan
nyawa. Setelah Robespierre menyingkirkan saingannya di Komite, ia memerintah
untuk wantu singkat. Akhirnya, ia sendiri dihukum guillotin pada Juli 1794. Dan
Rezim Teror pun berakhir.
Direktori
Konstitusi baru disusun pada
tahun 1795 dan terbentuk pemerintahan lemah yang disebut Direktori. Perang
telah berkobar, dan tentara revolusioner Prancis berhasil menaklukkan Belanda
dan Jerman selatan. Seorang jenderal muda, Napoleon Bonaparte (1769-1821),
mengambil alih pasukan. Ia menyerbu Italia, Swiss, dan Mesir. Direktori
bergantung pada Napoleon. Napoleon menjadi populer dan kuat. Pada tahun 1799,
Napoleon menyingkirkan Direktori dan
mengambil alih kekuasaan.
0 komentar:
Post a Comment