Sepanjang sejarah, banyak upaya dibuat untuk
menentukan dengan tepat kapan sesungguhnya dunia dimulai. Sebelum abad ke-20,
teknik-teknik modern untuk menentukan tanggal tidak tersedia, sehingga para
cendekiawan Barat bergantung pada Alkitab, yang tentu saja, memulainya dengan
ulasan Kitab Kejadian mengenai pencintaan bumi. Dengan menghitung mundur dari
kelahiran Isa Al-Masih (yang kemudian dikalkulasi sebagai tahun 0),
cendekiawan-cendekiawan itu menghitung semua acuan yang menunjukkan rentang
waktu dan menentukan bahwa dunia sudah diciptakan pada tahun 4004 SM. Dewasa
ini, sebagian besar orang menerima gagasan bahwa dunia memiliki asal-usul yang
terjadi 4,5 milyar tahun yang lalu dan merupakan bagian dari sebuah proses
evolusi. Mereka yang menganut teori ini dikenal sebagai penganut teori evolusi.
Orang yang memercayai Alkitab sebagai kebenaran yang harfiah dikenal sebagai
penganut teori penciptaan.
Konsep ‘penciptaan’ dan ‘evolusi’ bertentangan satu
sama lain, bukan mengenai masalah apa atau kapan dunia diciptakan, melainkan
mengenai kapan dan bagaimana segala sesuatu yang lain diciptakan. Para penganut
teori pencipataan dengan bentuk yang persis sama sebagaimana yang kita kenal
hari ini dan bahwa mereka selamanya memiliki bentuk yang sama. Para penganut
teori evolusi percaya bahwa sebuah spesies mampu berubah dari generasi ke
generasi dan bahwa dua spesies yang serupa namun tak sama—singa dan harimau,
misalnya—mungkin bisa memiliki nenek moyang yang sama jutaan tahun yang lalu.
Gagasan yang terakhir, yang kelihatannya merupakan suatu gagasan yang
biasa-biasa dewasa ini, boleh jadi sudah dinyatakan di Yunani sejak dulu kala,
misalnya pada abad ke-5 SM. Tetapi, pada abad ke-19 sebuah teori evolusi yang
dikembangkan secara penuh masih belum terdengar dan pasti tidak seorang pun
mampu membuat rincian-rincian dari teori serupa ini.
Orang pertama yang memformulasikan teori evolusi
secara rinci adalah seorang ahli biologi amatir berkebangsaan Inggris bernama
Charles Robert Darwin (1809-1882). Sekalipun merupakan pelajar biasa-biasa saja
di sekolah, Darwin baru saja lulus dari Cambridge ketika ia menerima kesempatan
kerja tanpa dibayar untuk terlibat dalam sebuah ekspedisi penyelidikan mengenai
alam selama 5 tahun yang sedang dikerjakan oleh sebuah kapal HMS Beagle.
Kapal Beagle ini meninggalkan pelabuhan di Inggris pada bulan Desember
1831 dan kembali pada bulan Oktober 1836. Semasa pelayaran penjang itu, anak
buah kapal menyelidiki Amerika Latin, Australia, Selandia Baru, dan pulau-pulau
sepanjang rute itu yang tak terhitung banyaknya.
Dalam perjalanan inilah Darwin mulai menyelaraskan dan
menyatukan teori evolusinya. Ia mendapati bahwa di pulau-pulau yang sangat jauh
dari benua, seperti Kepulauan Galapagos (sebelah barat Amerika Selatan), misalnya,
spesies-spesiesnya sangat berbeda satu sama lain dibandingkan jenis yang sama
yang ditemukan di tanah daratan. Fakta ini mendorong Darwin untuk mengakui
bahwa meskipun mereka betul-betul memiliki nenek moyang yang sama, dengan
bergulirnya waktu, lingkungan-lingkungan yang asing telah mengakibatkan
spesies-spesies itu berevolusi karena alam ‘menyeleksi’ tanaman-tanaman serta
binatang-binatang yang paling selaras dengan lingkungan-lingkungan tertentu.
Diperlukan waktu lebih dari 20 tahun bagi Darwin untuk memformulasikan teorinya
hingga berbentuk lengkap, namun ketika bukunya yang diberi judul The Origin
of Species akhirnya diterbitkan pada tahun 1859, karya tersebut secara
mendasar mempengaruhi buku-buku pelajaran termasuk teori-teori biologi karena
mengubah sudut pandang manusia mengenai sejarah dunia dan lingkungan di mana
mereka menetap.
0 komentar:
Post a Comment