Asia Tenggara didominasi oleh kekuasaan Belanda,
Prancis, dan Inggris pada akhir abad ke-19. Para penjajah bertambah kaya berkat
keuntungan dari hasil panen yang ditanam oleh penduduk lokal.
Bangsa Eropa yang menjajah Asia Tenggara, mendirikan
banyak perkebunan yang memekerjakan para penduduk lokal. Indocina yang meliputi
Kamboja, Laos, dan Vietnam merupakan koloni Prancis. Prancis menaklukkan area
ini pada abad ke-19 meski menghadapi penolakan dari penduduk lokal. Di Annam,
Kaisar Ham Nghi melakukan perang gerilya hingga 1888.
Belanda menguasai Indonesia sejak 1620-an. Proses
penaklukkan Indonesia oleh Belanda membutuhkan waktu yang lama. Belanda baru
dapat menaklukkan seluruh wilayah Indonesia pada tahun 1900-an. Belanda telah
mengambil alih perdagangan Indonesia, dan sejak tahun 1830 juga telah menguasai
pertanian. Para buruh tani dipaksa menanam tanaman yang diinginkan oleh
Belanda, terutama kopi dan indigo (tanaman penghasil bahan celup warna biru).
Sejak tahun 1900, gerakan nasionalisme bertumbuh dalam masyarakat Indonesia.
Penduduk Indonesia berusaha meningkatkan pendidikan bagi kaumnya. Mereka juga
ingin memperoleh kembali kendali atas bisnis dan perdagangan.
Terjadi ekspansi penduduk Burma (Myanmar) pada akhir
abad ke-18. Untuk itu, Inggris menjajah Burma dan wilayah Semenanjung Malaya
pada abad ke-19 karena Inggris ingin melindungi India yang dianggap sebagai
bagian terpenting dalam Imperium Inggris. Bangsa Burma menolak pemerintahan
Inggris sehingga mengakibatkan timbulnya rangkaian perang berdarah antara 1824
dan 1885. Sejak 1886, Inggris berhasil menguasai seluruh Burma dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi India. Ini berlangsung sampai tahun
1937, ketika Burma memisahkan diri dari India dan memperoleh sedikit
kemerdekaan.
Di Malaya, situasi lebih tenang karena pemerintahan
Inggris dijalankan oleh para sultan lokal. Pada awal abad ke-19, Perusahaan
Hindia Timur Inggris telah mendirikan pos-pos dagang. Pada 1826, Singapura,
Malaka, Penang, bersatu membentuk Pemukiman Selat Malaka.
Pengaruh Inggris
Tahun-tahun Penting
|
|
1813
|
Monopoli perdagangan Perusahaan Hindia Timur berakhir
|
1819
|
Thomas Stamford Raffles (1781-1826) dari Perusahaan Hindia Timur
Inggris menjadikan Singapura sebagai pelabuhan bebas
|
1824
|
Inggris dan Belanda membentuk perjanjian untuk melindungi kepentingan
mereka
|
1859
|
Angkatan laut Prancis menguasai benteng di Saigon
|
1867
|
Singapura dan Pemukiman Selat Malaka menjadi bagian dari koloni ratu
(Inggris)
|
1877
|
Kew Gandens, London, menanam benih tanaman karet dari Brazil
|
1884-1885
|
Perang Cina-Prancis
|
1885
|
Perjanjian Tientsin di mana Cina mengakui kekuasaan Prancis atas Annam
dan Tonkin
|
1886
|
Inggris menduduki Burma Atas
|
1887
|
Vietnam, Kamboja, dan Laos membentuk Uni Indocina
|
1898
|
Amerika Serikat merebut Filipina dari tangan Spanyol
|
Pada tahun-tahun selanjutnya, Inggris yang menguasai
beberapa negara bagian lain di Semenanjung Malaya membentuk Negara Federasi Malaya
pada 1896, dengan ibukota Kuala Lumpur. Permintaan pasar akan karet bertumbuh
cepat pada abad ke-19, sementara pasokan hanya berasal dari Amerika Latin.
Benih-benih pohon karet dari Brazil dibawa ke Kew Gardens, London, untuk
disemaikan. Pada 1877, sebanyak 2.000 semaian tanaman diangkut dengan kapal dan
didistribusikan ke sejumlah negara seperti Ceylon, Malaysia, dan Indonesia di
mana tanaman ini bertumbuh subur.
Sejak 1880-an, para insinyur, tim survei, dan arsitek
Inggris membantu membangun jaringan kereta api, jalan, jembatan, pabrik, dan
pembentukan pemerintahan di Asia Tenggara. Mereka mendapatkan pengalaman dari
Revolusi Industri yang terjadi di Inggris. Perbankan dan investasi dikembangkan
untuk mendanai imperium dalam usaha perdagangan bahan mentah dari koloni-koloni
untuk diolah menjadi barang manufaktur buatan sendiri.
Inggris juga mengembangkan cara meningkatkan teknik
untuk penambangan besar timah dan logam berharga lainnya yang ditemukan di
Malaya dan negara lain. Menjelang akhir abad ke-19, banyak pendatang tinggal
dan bekerja di Asia Tenggara sebagai pedagang, tentara, insinyur, diplomat,
atau penyelenggara pemerintahan.
0 komentar:
Post a Comment