Bentang darat yang terbentang di Midwest Amerika
tampak sangat luas dan tidak berujung. Pada 1800-an, daerah ini menjadi medan
peperangan para pihak yang memperebutkan kepemilikan lahan.
Banyak penduduk pribumi Amerika tinggal di Dataran
Besar (Great Plains), Amerika bagian barat, dan telah berlangsung selama
ribuan tahun. Kawasan luas ini membentang dari Sungai Mississippi di bagian
timur sampai ke Pegunungan Rocky di barat, dan dari Kanada di bagian utara
sampai Texas di bagian selatan. Sampai abad ke-17, banyak suku yang bermukim di
wilayah ini hidup sebagai petani. Mereka menanam jagung Indian, buncis, dan
tanaman lain, di samping berburu banteng dengan menggunakan panah. Pola hidup
ini mulai berubah pada abad ke-17, ketika bangsa Spanyol memerkenalkan kuda.
Dengan kuda, mereka dapat dengan mudah mengejar
banteng. Banteng tidak hanya menyediakan daging untuk dimakan. Tulangnya dapat
diolah menjadi aneka peralatan dan senjata. Kulit banteng dapat dibuat tenda dan
pakaian. Beberapa kelompok besar suku asli Amerika dikenal sebagai suku bangsa
Dataran. Ketika pendatang kulit putih tiba, beberapa kelompok penduduk asli ini
terdesak berpindah ke barat. Mereka meninggalkan tanah kelahiran mereka di
wilayah timur Sungai Mississippi.
Ke Barat
Pemerintah mendorong penduduk untuk berpindah ke
barat. Berdasarkan Homestead Act 1862, sebuah keluarga dapat memiliki
tanah seluas 65 hektare dengan harga murah dan tidak diperbolehkan menjual
tanah untuk jangka waktu 5 tahun. Lebih banyak lahan diberikan kepada mereka
yang mencatat kemajuan dalam pengeboran sumur minyak dan perkebunan. Akta ini
mendorong petani untuk berpindah dan bemukim di Dataran Besar.
Pemerintah juga mendorong pembangunan jalur kereta
api, yang digunakan untuk membawa penduduk ke wilayah-wilayah yang belum
didiami. Pemerintah memberikan lahan dalam jumlah besar untuk jalur kereta
sehingga banyak jalur dibangun hanya untuk mendapatkan lahan. Pada 1869, jalur
kereta Union Pasific berhasil dirampungkan, menghubungkan Amerika dari
pantai timur ke pantai barat.
Bertahan Hidup
Pembukaan jalur kereta segera mengubah wajah Amerika.
Ini mendorong lebih banyak pemukim baru berdatangan. Timbul konflik di antara
dua kelompok masyarakat, pendatang dan pribumi. Ketika para ketua suku penduduk
pribumi menandatangani perjanjian lahan dengan kaum pendatang, perjanjian ini
diartikan berbeda oleh kedua pihak. Arti kepemilikan pribadi kaum pendatang
tidak berarti apa-apa bagi penduduk lokal yang menganggap mereka masih dapat
menggunakan lahan itu untuk berburu. Maka mulailah terjadi perang. Penduduk
pribumi membeli senjata dan menyerang rumah, kereta kuda, jaringan kereta api,
dan kavaleri Amerika Serikat.
Mulai tahun 1866 terjadi sejumlah perang. Presiden
Amerika Serikat, Rutherford B. Hayes, menyatakan pada 1877 bahwa, “Banyak, jika
tidak sebagian besar, perang Indian dipicu oleh pelanggaran janji dan
kesepakatan yang tidak adil”. Membunuh banteng, sebagai sumber pangan utama
suku bangsa Dataran, dapat menghancurkan penduduk pribumi Amerika. Pada tahun
1860, terdapat sekitar 15 juta banteng, tapi pada 1885 hanya tersisa sekitar
2.000 ekor. Suku-suku Dataran yang dapat bertahan hidup dipaksa masuk ke
penampungan di Oklahoma. Kerap dengan lahan yang kurang subur, mereka
diharapkan menjadi petani.
Penduduk pribumi Amerika sudah terbiasa hidup berburu
dan tidak ingin bercocok tanam. Mereka tidak dianggap sebagai warga negara
Amerika dan hanya memiliki sedikit hak sipil. Pertempuran sengit dengan pasukan
Amerika mengakibatkan tewasnya ribuan penduduk asli Amerika. Pertempuran
terakhir terjadi di Wounded Knee, South Dakota, pada 1890, di mana pasukan
Amerika membunuh 200 orang penduduk suku Sioux. Segera setelah itu, semua
penduduk asli dipindahkan ke penampungan. Dengan itu, pola hidup penduduk asli
Amerika pun berakhir.
0 komentar:
Post a Comment