Diabadikan dalam cerita, puisi, maupun drama Shakespeare, Julius Caesar (102-44 SM) dikenang sebagai kaisar Romawi yang paling sempurna, walaupun Roma masih merupakan republik semasa hidupnya dan jabatan kaisar belum dibentuk hingga ia meninggal. Dengan dikalahkannya Kartago melalui Perang Punik, Roma mulai memandang dirinya sebagai pemerintahan yang memiliki “takdir yang jelas” untuk menaklukkan dan memerintah sebanyak mungkin wilayah di dunia yang sudah dikenal ini. Julius Caesar adalah wakil Roma yang menyadari takdir yang jelas ini. Ia mendesak perbatasan Kekaisaran Romawi ke luar sehingga kekuasaannya menjadi lebih luas menjadi lebih luas dibandingkan setiap kaisar Romawi lain.
Lahir
dalam sebuah keluarga bangsawan, Caesar masuk angkatan darat Romawi dan pernah
dianugerahi Civic Crown, medali tertinggi untuk prajurit pemberani.
Sekembalinya ke Roma, ia terjun ke kancah politik dan menjadi menteri keuangan
pada usia 34 tahun. Selanjutnya, ia dipilih sebagai pejabat sipil yang
menangani bidang hukum sembilan tahun kemudian. Ia banyak memperkenalkan
pembaharuan yang penting dan ia menjadi sangat populer, namun dengan jelas
matanya selalu tertuju pada peran tunggal penguasa dengan kekuasaan yang
mutlak. Untuk mencapai sasaran ini, Caesar memutuskan bahwa ia perlu
meningkatkan popularitasnya dengan memimpin sebuah ekspedisi militer yang
berhasil memperluas kekaisaran itu.
Ia
mengepalai sebuah pasukan dan berhasil mengalahkan Gaul (kini disebut Perancis)
tahun 55 SM. Selama dua tahun berikutnya, ia melancarkan serbuan dan mengklaim
telah menguasai sebagian besar tanah Inggris. Ia juga menyeberangi Sungai Rhein
untuk memerangi orang Jerman. Ia kembali ke Roma sebagai pahlawan yang perkasa,
namun ia menghadapi pertikaian politik dengan Pompei (106-48 SM), jenderal
Romawi yang sudah merebut Yerusalem dan tengah memegang kedudukan sebagai
Kepala Pejabat Sipil di bidang hukum. Caesar menuntut kepemilikan jabatan
tersebut, namun ia ditolak. Berdasarkan hukum yang berlaku, jenderal tidak
diizinkan untuk membawa masuk pasukannya ke dalam kota Roma, melainkan
meninggalkannya di suatu tempat di sebelah utara Sungai Rubicon. Dengan
meremehkan hukum terkait, Caesar menyeberangi Rubicon pada tahun 50 SM dan
menyerbu kota Roma untuk melancarkan sebuah kudeta. Ia memecat Pompei dan
mengabaikan pemerintahan republic itu, menjadikan dirinya sebagai penguasa
dengan kekuasaan mutlak sebagaimana yang selalu ia canangkan. Ia terus
memerintah sampai ia dibunuh oleh mitra-mitranya yang tidak puas, 15 Maret 44
SM.
Julius
Caesar mengubah perjalanan sejarah Roma–dan tentu saja, sejarah Eropa. Di Roma
sendiri, ia menggulingkan pemerintahan republik dan menciptakan jabatan yang
menurut faktanya adalah seorang kaisar, yang dijadikan jabatan resmi oleh keponakannya,
Octavianus (63 SM-14 M) ketika ia memegang kekuasaan setelah kematian pamannya.
Tatkala Caesar baru mulai memerintah, Roma adalah penguasa utama di Laut
Mediterania. Pada waktu kematiannya, Roma juga menjadi pemerintahan adidaya
yang pertama di Eropa–atau boleh jadi di seluruh dunia.
0 komentar:
Post a Comment